RakyatJabarNews.com, Cirebon – Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon yang sejuk menghijau ternyata masih memiliki masalah dalam hal ketersedian air khususnya dalam bidang pertanian padi. Seperti yang terjadi di Desa Panongan Lor, di mana luas areal persawahannya mencapai 200 Hektar namun hanya bisa di tanami 2 kali masa tanam.
Ditemui di halaman area kantor Desa Panongan Lor, Kuwu Agus Syamsyah sekaligus Ketua FKKC mengatakan, selama 5 tahun mengabdikan diri sudah bisa dikatakan untuk pembanguan infrastruktur 100% selesai. Adapun untuk anggaran tahun depan akan membangun taman Desa dan akan dilengkapi dengan wahana permainan anak-anak tentu akan kami gratiskan bagi masyarakat.
“5 tahun ini kami prioritaskan pembangunan infrastruktur, mulai dari jalan desa sampai pertanian sudah di hotmix, baik TPT, saluran spal hingga rutilahu dan MCK, bahkan fasilitas olah raga juga sudah dibangun, kantor Balai Desa kami juga sedang dikerjakan memakai Dana Desa agar pelayanan bisa maksimal dan nyaman untuk masyaraka, bahkan di samping kantor Desa akan kami bangun taman Desa seluas setengah hektar,” terangnya.
Namun menurut Agus, dirinya masih memiliki ganjalan, yaitu belum bisa menggali potensi yang ada di Desa, melihat masyarakat merupakan petani maka yang menjadi PR yaitu bagaimana agar lahan sawah tadah hujan bisa dimaksimalkan.
“Kami memiliki PR yang cukup sulit dipecahkan, karena lahan sawah di Desa kami merupakan lahan tadah hujan, sehingga pada musim kemarau tidak bisa ditanam untuk masa tanam ke 3 kali kalaupun memaksakan memopa air biayanya tinggi,” tuturnya.
Menurutnya, inilah problem bagi masyarakat di desanya. Dia ingin andai saja pemerintah membangun waduk atau setu di Desa Windujaya, maka ketersedian air untuk pertanian akan terpenuhi bagi 10 Desa yang ada di Kecamatan Sedong.
“Masyarakat kami yang pada umumnya petani padi berharap pemerintah melalui dinas terkait bisa memberikan solusi, agar ada setu yang mampu mensuplai kebutuhan pengairan di lahan sawah tadah hujan, karena Setu Sedong itu aliran airnya ke kecamatan Sususkan Lebak, adapun pertanian sawah kami tidak mendapatkan suply dari Situ Sedong,” jelasnya.
Sedangkan menurut Iroh salah seorang pekerja di salah satu areal sawah mengatakan, untuk hasil masa tanam ke 3 pada luas 1 hektar hanya mendapatkan 4 ton saja, karena air harus beli ke pihak pengairan setaip minggu agar padi bisa hidup.
“Aduh saya kurang begitu tahu untuk biaya masa tanam ke 3, sawah ini milik pa Haji namun yang jelas setiap minggu kami beli air ke pihak pengairan sebesar 200 ribu, sedangkan untuk hasil panen biasnya di masa tanam ke 3 mendapatkan 4 ton dari lahan 1 hektar,” jelasnya.
Sedangkan menurut Camat Sedong, Ade Sutardi, dirinya tidak bisa memberikan komentar tentang permasalahan pertanian, karena kurangnya data yang didapat dari UPT Pertanian.
“Terus terang saja untuk masalah pertanian kami pihak kecamatan minim data, berapa luas lahan area persawahan yang mengalami kekeringan karena UPT Pertanian tidak pernah berkomunikasi dengan Muspika Sedong, padahal yang namannya koordinasi itu penting sebagai mitra dalam pemerintahan,” pungkasnya.(Ymd/RJN)
Comment