RakyatJabarNews.com, Cirebon – Di usia yang sudah senja, kulit sudah berkeriput, dan giginya ompong, raut wajah sang kakek masih terlihat semangat yang membara. Sosok warga Cipejeuh Wetan Blok Manis Kabupaten Cirebon ini masih sangat gigih dalam mencari nafkah untuk bertahan hidup.
Kusma, 71 tahun, mengais hidup dengan cara menjual jasa servis ganti batu jam tangan, dan juga menjual aneka macam batu akik lokal, serta kaca mata murahan bagi kalangan bawah.
Kakek yang sudah dua kali menikah ini, dua kali pula ditinggal mati oleh istrinya. Dia memiliki 6 orang anak dan 16 cucu yang sekarang tersebar di berbagai kota. Kini, sudah puluhan tahun dirinya berjualan di emperan di sekitaran Pasar Desa Lemahabang Kabuoaten Cirebon, dan mengaku tidak mau mengandalkan pemberian dari anak-anaknya yang sudah hijrah ke berbagai kota di pulau Jawa.
“Sudah puluhan tahun saya jualan ngemper, serta berkali-kali pindah terusir karena dianggap mengganggu aktivitas masyarakat pengguna jalan. Sebenarnya saya diminta anak-anak supaya berhenti berjualan dan biaya hidup akan ditanggung. Tapi saya tidak mau pangkuan tangan saja,” jelasnya saat ditemui awak media, Minggu (21/1).
Saat ditemui di lapaknya, Kusma dengan ramah mengatakan bahwa di usianya yang kini senja dirinya tidak mau menggantungkan diri sama anak-anaknya. Karena, dirinya masih mampu berusaha sendiri dengan jalan membuka lapak servis dan menjual kerajinan batu akik yang kini sepi peminat.
“Alhamdulillah saya selalu mensyukuri baik-baik besar maupun kecil,” tuturnya.
Masih menurut Kusma, dalam mencari nafkah, dirinya tak mengenal hari libur. Jadi, dirinya selalu membuka lapak servis batu jam setiap hari demi sesuap nasi.
“Saya selalu membuka lapak dihari libur agar konsumen pelanggan setia tidak beralih ke tempat lain,” terangnya.
Diakuinya, sebagai pedagang emperan, dirinya harus rela berjualan di atas trotoar demi bertahan hidup walaupun trotoar merupakan hak pejalan kaki. Dia terpaksa karena untuk sewa ruko mahal, tidak sebanding dengan hasil jual jasa servis, di mana misalnya terbatas dan hasilnya tidak menentu.
“Rezeki tidak bisa ditebak. Terkadang jasa servis ganti batu jam sepi namun kita harus mensyukuri. Makanya saya selalu mengikatkan pinggang dan berhemat dalam pengeluaran setiap harinya,” pungkasnya.(Ymd/RJN)
Comment