RakyatJabarNews.com, Cirebon – Kelangkaan produksi garam dari petani di Cirebon berimbas kepada produktifitas olahan ikan asin.
Sejumlah nelayan di Kabupaten Cirebon harus mengurangi pasokan garam sebagai bahan utamanya membuat olahan ikan asin.
Kondisi tersebut menyusul adanya kelangkaan garam yang diproduksi oleh petani garam di Cirebon. Salah seorang nelayan warga Desa Mertasinga, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Kabul mengaku, sejak tujuh bulan terakhir, dia dan rekan seprofesinya kesulitan mencari garam.
“Kita sampai nyari garam ke Rembang dan Madura susah dapatnya,” ungkap Kabul, Senin (24/7/2017).
Selain langka, harga garam juga mengalami kenaikan yang signifikan di tingkat petani. Para nelayan yang biasa membeli satu ton garam dengan harga Rp500 per kilogramnya.
Saat ini harus mau melakukan efisiensi pembelian garam sebagai bahan utama membuat ikan asin. Nelayan pengolah ikan asin juga terpaksa mengurangi kandungan garam dalam proses pengolahan ikan asin tersebut.
“Sekarang beli satu kuintal saja harus dibayar lunas, kalau dulu bisa nyicil. Kandungan dikurangi otomatis ikan olahan rasa asinnya berkurang,” katanya.
Selain mengurangi kandungan garam, petani juga menyiasati olahan ikan asin dengan menggunakan es batu. Namun, tidak semua ikan bisa diolah menjadi asin dengan es batu.
“Misalnya ikan teri, itu cukup diberi tumpukan es batu saja lalu ditaburi garam jadi siasat kita. Kalau ikan seperti gesek, ya harus ditaburi langsung dan diolah sendiri,” jelasnya.
Naiknya harga garam tersebut berdampak kepada naiknya harga ikan asin di pasaran. Jika sebelumnya harga ikan asin Rp20 ribu per kilogram, saat ini bisa mencapai Rp27 ribu per kilogram. (juf/rjn)