Oleh Dr. H. Eddi Supriadi, M.Si
Dalam setiap diri kita mengerjakan sesuatu amal kebajikan, perlu sekali bagi kita untuk melandasi dengan niat ikhlas yang semata-mata mencari ridho Allah SWT saja. Keikhlasan adalah sebagai buah yang siap dimakan, artinya benar-benar matang, di mana untuk memelihara buah tersebut tetap bersih dan manis dan bebas dari hama maka perlu adanya perawatan yang teliti dan baik.
Demikianlah pula dengan amal ibadah kita, amal soleh yang kita kerjakan hendaknya kita rawat dan pelihara agar terbebas dari hama. Hama dari amal sholeh adalah riya yang dapat merusak keutamaan serta keikhlasan amal kita. Riya adalah hama penyakit yang paling ganas dalam merusak amal ibadah karena bertolak belakang dengan ikhlas. Intinya, orang ini ingin dipuji dan disanjung oleh siapapun yang melihatnya padahal dalam Islam Rasulullah SAW berkata, “Sesungguhnya amal ibadah tergantung apa yang kita niatkan.” Menurut golongannya, niat terbagi 5 kelompok.
1. Riya dalam tauhid
Orang yang jiwanya telah dimasuki sifat riya dalam tauhid ini akan memperlihatkan imannya dengan benar, namun itikadnya tidak benar. Ikhlasnya seolah-olah beriman secara lahiriyah, namun dalam batinnya sesungguhnya orang ini tidak beriman. Orang ini tergolong orang yang berdusta dalam kategori munafik. Dalam Alquran Allah SWT berfirman:
Dalam hati mereka ada ada penyakit lalu ditambah Allah penyakitnya dan mereka siksa yang pedih disebabkan mereka berdusta. (Al-Baqarah: 10)
2. Riya dalam melaksanakan ibadah
Secara lahiriyah orang yang melaksanakan ibadah merupakan bukti akan keinginannya serta menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nyanamun secara batiniyahnya tidak. Dia hanya pamer supaya dilihat orang lain jadi bukan karena Allah SWT.
3. Riya dalam amalan sunnah
Orang yang dalam melakukan amalan sunnah bertujuan agar dilihat orang lain, padahal dalam batinnya tidaklah demikian tetapi untuk dipuji orang yang melihatnya.
4. Riya menyebutkan amalan yang pernah dilakukan
Ketika beramal, dia bangga selalu menyebut-nyebut amalnya dan menceritakan kepada orang lain, merasa dermawan dan jelas ini tidak mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.
5. Riya dalam penampilan di saat beribadah
Ketika sedang beribadah, seakan-akan dia yang paling benar sendiri dan paling zuhud sendiri, seolah-olah khusu’ dalam beribadah dan mencari keridhoan-Nya. Namun pada hakikatnya hanyalah untuk disanjung orang lain.
Inilah sikap yang harus kita hindarkan agar seluruh ibadah kita dapat diterima oleh Allah SWT. Amin ya Robbal Alamin.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT