RakyatJabarNews.com, Garut – Seminggu terakhir ini terjadi kelangkaan salah satu Kebutuhan Pokok Masyarakat (Kepokmas), Garam. Kendatipun ada harganya melambung tinggi.
Hal tersebut tentu saja menimbulkan gejolak di masyarakat. Terlebih para Ibu Rumah Tangga (IRT) yang saban hari menggunakan garam untuk memasak.
Ketua Asosiasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (APTTI) Kabupaten Garut, Asep Imam Susanto membenarkannya. Menurut dia, kekhawatiran Kartel Garam yang terjadi di Indonesia sangat dirasakan juga para produsen Tahu di wilayahnya.
“ Kelangkaan garam di pasaran membuat para pengusaha Tahu menurunkan produksinya. Bahkan, ada yang berhenti karena sulitnya mendapatkan Garam,” kata Asep Imam, Sabtu (22/7/2017).
Menurut Asep, meski garam merupakan komponen bahan pangan yang secara kuantitas tidak begitu besar digunakan di rumah tangga dan tidak memberikan andil yang besar terhadap inflasi, namun tetap menyita perhatian masyarakat.
“ Jadi apapun yang menyebabkan kenaikan harga dan kelangkaan garam, tetap harus diklarifikasi serta dicari jalan keluarnya oleh pemerintah,” tegas dia.
Sebelumnya RakyatJabarNews.com mengabarkan, kelangkaan garam terjadi di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Majalengka. Selain itu, harga meroket dua kali lipat dibanding harga normal.
Salah seorang pedagang di Pasar Cigasong Majalengka, Sutini mengatakan, kelangkaan garam terjadi pada seluruh jenis garam. Mulai kasar, garam meja maupun garam kotak.
“Ini langkanya sudah lima hari, tidak tahu penyebabnya apa. Biasanya stok banyak, sekarang tidak ada,” katanya Jumat (21/7/2017).
Selain langka, kata Sutini, harga garam di tingkat grosir maupun eceran juga mengalami kenaikan hingga berlipat dibanding kondisi normal. Satu kemasan kecil garam yang biasa dijual Rp1500-2000 per bungkus, kini naik menjadi Rp4000 per bungkus.
” Bahkan, ada yang menjual hingga Rp6 ribu per bungkus, tergantung pedagangnya masing-masing. Yang jelas saat ini sulit cari garam,” ujarnya.
Hal senada disampaikan pedagang di Pasar Kecamatan Talaga, Maman. Menurutnya, stok garam yang ada di tokonya selalu habis diburu konsumen, karena di tingkat pedagang eceran di perkampungan banyak yang mengalami kekosongan.
“Biasanya garam itu habisnya lama, sekarang satu hari saja bisa habis banyak. Saya bingung juga kok bisa langka. Padahal selama ini tidak pernah terjadi,” ujarnya. (asp/rjn)