Bekasi – Sejumlah warga Kavling Alinda Permai, RT 015/03, Kelurahan Kaliabang Tengah, Bekasi Utara, mengeluhkan buruknya pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pasalnya, sudah hampir tiga bulan terakhir aliran air kerap mati, bahkan dalam tujuh hari terakhir air sama sekali tidak mengalir.
“Udah 3 bulan sendat-sendat airnya, nah udah 7 hari ini bener-bener nggak nyala dari PDAM,” ujar salah seorang warga saat dikonfirmasi.
Padahal, warga tetap rutin membayar tagihan air setiap bulan. Ironisnya, meski kewajiban pelanggan dipenuhi, hak atas suplai air bersih justru tidak terpenuhi.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Bayar terus tiap bulan, tapi air sering mati. Kadang pagi ada, siang mati, atau bahkan seharian nggak ada. Mau masak, mandi, cuci baju jadi susah,” keluh Sari, warga RT 12/03.
Keluhan juga datang dari para ibu rumah tangga yang terpaksa membeli air galon atau menggunakan jasa air isi ulang ketika pasokan PDAM terhenti. Mereka menilai kondisi ini merugikan pelanggan karena tidak ada kompensasi atau pemotongan biaya.
“Pembayaran mah rutin, malah tarif tiap bulan naik. Tapi air mati. Ini jelas nggak adil bagi pelanggan,” tegas salah satu warga RT 15/03.
Selain air yang kerap mati, warga juga mengeluhkan kualitas air PDAM yang dinilai keruh, berbau, dan menimbulkan gatal-gatal.
“Airnya kotor, dipakai mandi suka bau, bahkan bikin gatal. Pernah juga mata perih, mungkin karena kebanyakan kaporit,” ungkap Vika, warga RT 15/03.
Warga berharap PDAM segera memperbaiki pelayanan, menjaga kualitas air, dan memberikan informasi yang jelas apabila terjadi gangguan distribusi. “Kalau dibandingkan Jakarta Timur, air PDAM di sana lebih bersih. Di Bekasi malah sering bermasalah,” tambahnya.
Masyarakat mendesak PDAM untuk transparan, memperbaiki sistem distribusi, dan memastikan ketersediaan air bersih setiap hari. (*)