RakyatJabarNews.com – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cirebon mencatat, selama Ramadhan volume sampah mengalami peningkatan 25 hingga 30 persen. Peningkatan volume sampah itu kebanyakan berasal dari limbah rumah tangga, berupa sisa makanan, baik waktu sahur maupun berbuka.
Hal itu dikemukakan Plt. Kepala DLH Kota Cirebon, Agung Sedijono terkait kondisi persampahan yang harus ditanganinya. Menurut Agung, pihaknya harus menambah jam kerja untuk membuang sampah dari TPS setempat ke TPA Kopi Luhur, Kelurahan Argasunya, akibat adanya penambahan volume sampah tersebut.
“Adanya sampah yang meningkat kami antisipasi dengan pola penambahan jam kerja atau lembur. Para petugas kebersihan pun stand by di TPS setempat,” kata Agung, usai briefing staf di Balai Kota Cirebon, Kamis (8/6).
Menurutnya, volume sampah akan terus meningkat khususnya saat Hari Raya Idul Fitri nanti. Ia mengaku setiap tahun petugas kebersihan harus lembur untuk menangani sampah saat Ramadhan dan Lebaran.
“Tentu volume akan berpengaruh, makanya kita lembur pekerjanya dan TPS pun berikan lampu penerangan dari mulai Ramadhan hingga Idul Fitri,” jelasnya.
Saat dikonfirmasi terkait kondisi TPA Kopi Luhur Argasunya sudah over kapasitas, Agung menjelaskan, ada sedikit lahan yang masih bisa dilakukan penumpukan. Namun ia tidak memungkiri jika TPA Kopi Luhur sudah numpuk sampahnya.
“Ini adalah PR kita untuk mengantisipasi volume sampah yang semakin bertambah setiap tahunnya,” tutur dia.
Ia pun berharap agar TPA Bersama (milik Pemprov Jabar) di Ciwaringin segera direalisasikan, sebab kapasitas TPA tersebut direncanakan akan menampung sampah se-Wilayah III Cirebon.
Menurutnya, TPA Bersama tersebut akan didaur ulang sehingga sangat memungkinkan untuk membuang sampah di sana. Apalagi lahan TPA Kopi Luhur Argasunya semakin menipis, sehingga membutuhkan pengalihan lokasi pembuangan.
Agung menerangkan, masyarakat juga harus dibina atau kesadaran zero waste dengan cara memilih sampah organik dan anorganik. Selain itu, zero waste juga salah satunya dengan menerapkan prinsip 3 R (reduce, reuse, recycle).
“Meski teorinya simpel, akan tetapi praktiknya sulit,” ujarnya.
Ke depan, pihaknya menargetkan akan menghilangkan TPS di pinggir jalan. Pasalnya, TPS tersebut selain menimbulkan bau tidak sedap juga tidak baik buat penataan kota.
“Makanya sampah itu harus dimulai dari rumah tangga dengan memilah, sehingga secara bertahap penataan kota menjadi bagus dan akhirnya lanjut negara,” pungkasnya. (Juf/RJN)