RakyatJabarNews.com, Garut – Merayakan Lebaran adalah hal yang sangat membahagiakan bagi Umat Islam di dunia. Tradisinya, berkumpul dengan sanak saudara, saling tukar ampau serta yang tak kalah pentingnya saling memaafkan dari segala dosa dan khilaf.
Namun tidak yang dirasakan korban banjir bandang Garut. Mereka harus rela berlebaran di tempat pengungsian yang serba terbatas.
Pemandangan yang sangat menyedihkan pun tersirat dari raut wajah para korban banjir bandang. Usai melaksanakan Salat Ied mereka langsung kembali ke tempat pengungsian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berdasarkan pantauan di lapangan, kondisinya sangat menyayat hati. Dimana, tidak nampak makanan khas lebaran, yakni santapan ketupat, pakaian baju koko (lebaran). Mereka hanya mengenakan pakaian biasa.
Juga tak nampak satu orang pejabat Pemkab Garut yang datang mengucapkan permohonan maaf. Padahal, mereka sangat menantikan kedatangan para pejabat tersebut.
” Sangat berbeda dengan tahun sebelumnya, berlebaran bisa berkumpul dengan keluarga di tempat yang layak, serta bisa menggunakan pakaian baru,” ujar Asep salah satu pengungsi yang menempati pengungsian wisma LEC yang berada di Kecamatan Tarogong Kidul.
Dikatakannya, kesedihan sangat dirasakan ketika anak-anak kecil melihat anak lainnya yang bukan warga korban banjir bandang mengenakan pakaian baru.
Sementara pengungsi lainnya, Mimin mengaku, lebaran tahun ini sangat berbeda dengan lebaran tahun lalu. Soalnya, selain berlebaran di pengungsian, anak, suami dan menantu tewas diterjang banjir bandang dan ada yang masih belum ditemukan.
” Saya bisa berlebaran dengan para pengungsi lainnya, tidak ada keluarga yang menemani,” singkatnya. (ded/rjn)