Sejarah Tradisi Adzan Pitu di Masjid SCR Cirebon

oleh -
oleh

RakyatJabarNews.com – Adzan merupakan media untuk memberitahukan kepada kaum muslimin dan muslimat bahwa sudah masuk waktu untuk menunaikan kewajiban salat. Maka tidak heran ketika adzan berkumandang umat Islam mendatangi masjid dan musala di lingkungan sekitarnya.

Orang yang mengumandangkan adzan disebut Muadzin. Muadzin biasanya dilakukan oleh satu orang, tetapi berbeda ketika kita mengunjungi Masjid Sang Cipta Rasa di Cirebon di kawasan Keraton Kasepuhan.

Masjid yang merupakan salah satu bukti penyebaran Islam di tanah Jawa ini, dapat menarik wisatawan baik lokal maupun luar daerah ketika hendak melaksanakan ibadah Salat Jumat. Masjid yang didominasi oleh kayu Jati sebagai tiang penyanggahnya, setiap hendak melaksanakan Salat Jumat, ada 7 muadzin yang mengumandangkan adzan secara bersamaan.

Menurut salah satu muadzin, Anwar, adzan yang dilakukan oleh tujuh orang secara bersamaan ini dikenal dengan “Adzan Pitu”.

Sejarah adzan 7 bermula dari adanya wabah penyakit yang melanda jamaah masjid di awal pendiriannya. Konon, tradisi adzan 7 ini berasal dari warisan Sunan Kalijaga saat mengusir wabah penyakit tersebut.

“Satria Menjangan Wulung namanya, suatu wabah penyakit yang menyerang jemaah hingga mengakibatkan meninggal dunia. Dengan cara bermunajat dan meminta perlindungan kepada Allah SWT, Sunan Kalijaga mengatasi permasalah ini. Suatu ketika, Sunan Kalijaga meminta 7 orang untuk mengumandangkan adzan dalam waktu yang bersamaan. Alhasil, wabah penyakit “Satria Menjangan Wulung” menjauh pergi dari masjid tersebut,” jelas Anwar, usai Salat Jumat di Masjid Sang Cipta Rasa, Jumat (9/6).

Secara desain, Masjid Agung Sang Cipta Rasa mempunyai bentuk atap limasan dan di atasnya tidak dipasang mahkota masjid (momolo). Tradisi yang masih dilestarikan selain adzan pitu, yakni ketika khatib naik ke atas mimbar untuk melakukan khutbah Jumat, khatib Jumat menyampaikan isi khutbah dengan menggunakan Bahasa Arab.

Meski banyak jemaah yang hadir tidak mengerti, namun jemaah tetap mendengarkan dan tidak mengobrol sehingga suasana Jumat tetap khidmat dan khusuk mendengarkan khutbah yang disampaikan.

Setelah rangkaian Salat Jumat selesai, dilanjutkan dengan doa bersama yang diwakili oleh 4 orang dari masing-masing perwakilan, seperti imam dan muadzin itu sendiri.(Juf/RJN)

Berita Rekomendasi

Comment